Struktur dan usia penduduk yang berusia muda
Ditujukan Untuk
Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah : Pendidikan kedudukan dan lingkungan
Dosen Mata
kuliah : DR. M. Thoha B . S. Jaya, M.
Disusun Oleh:
Nama NPM
Melisa
agustina 1513054010
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
Hasil sensus
penduduk 2010 mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 237 juta jiwa dengan
laju pertimbuhan 1,49% pertahun, laju pertumbuhan ini meningkat di banding laju
pertumbuhan 10 tahun sebelumnya yang mencapai 1,4% per tahun. Meningkatnya laju
pertumbuhan penduduk Indonesia menandakan bahwa program pengendalian angka
kelahiran di Indonesia mulai kedodoran dalam 10 tahun terakhir.
Penyebaran penduduk
menurut pulau – pulau besar adalah: pulau Sumatera yang luasnya 25,2 persen
dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang
luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya
28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen
dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1
persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen
penduduk.
Dari sisi
umur, titik tengah (median) umur penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 27,2
tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia termasuk kategori
menengah (intermediate). Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk
muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan
penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Meningkatnya
gaya hidup urban
Dalam
konteks Indonesia pergeseran budaya desa – kota ini mungkin sebuah keniscayaan
sejarah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang menggerakkan perubahan struktur
ekonomi dari desa ke kota. Hasil Sensus Penduduk 2010 yang di lakukan BPS
menunjukkan proporsi penduduk yang tinggal di kota semakin tinggi, 49,8
penduduk Indonesia tinggal di kota. Bahkan Mckinsey dalam laporan terakhir
memprediksi penduduk desa Indonesia tahun 2030 hanya tinggal 20% saja.
Dalam
beberapa tahu kedepan merupakan tahun penting sebagai transisi dari
masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan informasi. Tanda-tandanya
sudah kelihatan sekarang, 3 tahun yang lalu mungkin masih sedikit masyarakat
desa yang menggunakan handphone, sekarang sebagian besar mereka sudah
menggunakan handphone, bahkan anak mudanya sudah biasa berselancar di dunia
maya dan bersosialisasi menggunakan media sosial.
Bila di kota
pertumbuhan pengguna internet sudah mulai mengalami titik kejenuhan, sebaliknya
di desa pertumbuhan pengguna internet sedang tinggi-tingginya. Salah satu
program pemerintah juga mendorong kesana, Telkom dengan kampanye pemasangan 1
juta Wifi akan semakin memudah koneksi internet masyarakat Indonesia di segala
lapisan.
Pasar anak
muda yang gemuk
Komposisi
demografi penduduk Indonesia juga ditandai dengan banyaknya penduduk yang
berusia di antara 15 – 34 tahun, 34,47% atau hampir 82 juta penduduk Indonesia
berada di rentang usia ini. Dengan jumlah anak muda yang sedemikian besar ini
merupakan potensi pasar potensial yang bagi pemasar.
Jumlah anak
muda yang sangat penting bagi masa depan Indonesia, paling tidak ada tiga
alasan yang mendasarinya. Pertama, anak muda adalah sumber penting tenaga kerja
produktif. Kedua, karakter anak muda yang suka mencoba hal baru dan kreatif
merupakan sumber inovasi. Ketiga, anak muda merupakan salah pasar yang
konsumtif terutama untuk industri hiburan dan makanan, perilaku anak muda yang
gemar nongkrong menjadikan cafe dan restourant menjamur tidak
hanya di kota besar tapi juga kota-kota kedua Indonesia.
Indikator
besarnya pasar anak muda Indonesia juga bisa dilihat dari besarnya penetrasi
pengguna internet di Indonesia. Jumlah pengguna internet yang berada di kisaran
55 juta di dominasi anak muda, sebuah survei mencatat hampir 75% pengguna
internet Indonesia berusia 15 – 34 tahun.
Social media
seperti Facebook dan Twitter juga banyak di sesaki oleh anak muda Indonesia,
mereka acap kali menciptakan trending topic yang mampu mempengaruhi
pengambil kebijakan pemerintah. Kalau dulu anak muda menyuarakan aspirasi
melalui jalanan sekarang mereka meyuarakan aspirasinya melalui sosial media.
Pasar
laki-laki tidak kalah dengan pasar wanita
Jumlah
penduduk wanita Indonesia lebih banyak dari pria terbantahkan dari hasil sensus
penduduk 2010, meski beda tipis untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia
penduduk pria lebih banyak dari penduduk wanita, 50,34 % penduduk Indonesia
berjenis kelamin pria.
Meski uang
belanja keluarga sebagaian besar di pegang para wanita, tapi tidak boleh
dilupakan bahwa para kaum pria juga memiliki uang “rahasia” yang mereka pegang.
Berbeda dengan kaum wanita yang belanjanya rutin tapi tidak terlalu besar, kaum
pria belanjanya jarang-jarang, tapi begitu mengeluarkan uang biasanya langsung
dalam jumlah besar.
Produk –
produk maskulin seperti produk otomotif, dan gadget tentu mendapat
berkah dengan meningkatnya jumlah penduduk pria ini. Data menunjukkan angka
penjualan penjualan mobil di 2012 tercatat mencapai 1.116.230 unit. Penjualan
di tahun 2012 merupakan rekor tertinggi dalam sejarah industri otomotif
Indonesia.
Perubahan
gaya hidup juga merubah kaum pria, kaum pria sekarang menjadi lebih “pesolek”
di banding pria jaman dulu, produk-produk yang secara khusus menyasar kaum pria
semakin banyak, lihatlah konter kosmetik dan toiletries di pusat perbelanjaan
juga sudah banyak di jejali produk kecantikan dan kebersihan khusus kaum pria.
Menyongsong
Bonus Demografi
Indonesia
akan mengalami “bonus demografi” yaitu meningkatnya jumlah penduduk usia
produktif dibandingkan dengan penduduk usia non produktif pada kurun waktu
2020-2030. Usia produktif merupakan fase kehidupan yang berada pada usia kerja
dan usia subur, mulai 15 – 64 tahun.
Rasio
ketergantungan penduduk Indonesia adalah 51,31. Angka ini menunjukkan bahwa
setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia
tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan
penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 46,59
sementara di daerah perdesaan 56,30.
Artinya dari
setiap 100 orang usia produktif harus menanggung 51 orang usia non produktif.
Sedangkan pada 2020-2030, Indonesia akan memiliki 70 persen penduduk usia
produktif dengan rasio ketergantungan turun menjadi sektar 44 sampai 48.
Bonus
demografi ini bisa merupakan keuntungan atau acaman bagi ekonomi Indonesia.
Bonus demografi bisa menjadi keuntugan apabila penduduk yang di usia 15 – 64
tahun itu berkualitas dan produktif, sebaliknya bonus demografi menjadi ancaman
apabila penduduk yang di usia 15 – 64 tahun itu tidak memiliki pengetahuan dan
skill yang memadai sehingga malah menjadi beban penduduk lainnya.
Karena itu
kata kunci sebelum Indonesia mengalami bonus demografi tahun 2020 – 2030 adalah
menyiapkan kualitas pendidikan di masa sekarang. Kalau kualitas pendidikan kita
baik maka dijamin kualitas manusia Indonesia dimasa mendatang akan baik dan
bonus demografi akan menjadi kenyataaan.
Pasar anak
yang masih menjanjikan.
Meningkatnya
laju pertumbuhan Indonesia di tahun 2010 berimplikasi juga meningkatnya jumlah
penduduk anak-anak. 28,86% atau setara dengan 68,6 juta penduduk Indonesia yang
berusia 0 – 14 tahun.
Bagi
perusahaan – perusahaan yang menyasar pasar anak – anak tentu saja ini kabar
baik, mereka tidak akan pernah kehabisan pasar bahkan bertambah melimpah.
Produk seperti susu anak, kesehatan anak, pendidikan, merupakan produk-produk
yang di untungkan dengan besar-nya pasar anak ini.
Meski pasar
anak ini besar tapi tidak mudah untuk memasukinya, karena faktor ibu mereka
yang menjadi kunci meraih pasar anak ini. Di pasar anak Ibu adalah pengambil
keputusan utama, jadi siapa yang bisa meraih simpati ibu maka akan meraih
pangsa pasar besar di pasar anak.
Pergeseran
pola konsumsi rumah tangga
Secara garis
besar konsumsi rumah tangga di bagi dua yaitu konsumsi makanan dan non makanan,
semakin tinggi penghasilan biasanya tingkat konsumsi non makanan lebih tinggi
dari makanan.
Berdasarkan
data BPS, sebesar 20 persen dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masyarakat
yang berpenghasilan tinggi. Masyarakat ini mendominasi konsumsi rumah tangga
nasional sebesar 43 persen.
Data BPS
juga menunjukan trend adanya pergeseran pola konsumsi tersebut, pada kuartal
pertama tahun 2011, masyarakat Indonesia yang mengonsumsi produk makanan hanya
mencapai 47,9 persen. Sisanya sebesar 52,1 persen, merupakan konsumsi produk
non makanan. Disamping itu ada kecenderungan peningkatan konsumsi makanan
olahan dan penurunan konsumsi makanan biji-bijian.
STRUKTUR PENDUDUK
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang
besar. Data tentang jumlah penduduk dapat diketahui dari hasil Sensus Penduduk
(SP). Sensus penduduk yang telah dilakukan selama ini adalah SP 1930, SP 1961,
SP 1971, SP 1980, SP 1990, dan yang terakhir adalah Sensus Penduduk 2000. Untuk
memenuhi kebutuhan data antara dua sensus, Badan Pusat Statistik melaksanakan
Survey Penduduk Antar Sensus (Supas) tiap-tiap tahun yang akhiran dengan angka
lima, kecuali Supas 1976. Selama ini telah dilaksanakan Supas 1985, Supas 1995
dan yang terakhir adalah Supas 2005.
Informasi
tentang jumlah penduduk serta komposisi penduduk menurut umur, jenis kelamin,
pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dll. penting diketahui terutama untuk
mengembangkan perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi,
sosial, politik, lingkungan dll. yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan
manusia.
Bagian ini
akan membahas tentang karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin,
serta karakteristik penduduk menurut persebaran tempat tinggal, dan pertumbuhan
penduduk.
Umur
Penduduk
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur pendudukdapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. Misalnya Ani lahir pada bulan Januari tahun 1998 dan Sensus 2000 dilaksanakan pada bulan Juli. Jadi pada saat Sensus 2000 dilaksanakan Ani berusia 2 tahun 6 bulan, tetapi dalam perhitungan demografi Ani dicatat sebagai berumur 2 tahun saja.
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur pendudukdapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. Misalnya Ani lahir pada bulan Januari tahun 1998 dan Sensus 2000 dilaksanakan pada bulan Juli. Jadi pada saat Sensus 2000 dilaksanakan Ani berusia 2 tahun 6 bulan, tetapi dalam perhitungan demografi Ani dicatat sebagai berumur 2 tahun saja.
Penduduk
Muda dan Penduduk Tua
Pengelompokkan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk.
Pengelompokkan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk.
Suatu bangsa
yang mempunyai karakteristik penduduk muda akan mempunyai beban besar dalam
investasi sosial untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi anak-anak
dibawah 15 tahun ini. Dalam hal ini pemerintah harus membangun sarana dan
prasarana pelayanan dasar mulai dari perawatan Ibu hamil dan kelahiran bayi,
bidan dan tenaga kesehatan lainnya, sarana untuk tumbuh kembang anak termasuk
penyediaan imunisasi, penyediaan pendidikan anak usia dini, sekolah dasar
termasuk guru-guru dan sarana sekolah yang lain.
Sebaliknya
bangsa dengan ciri penduduk tua akan mengalami beban yang cukup besar dalam
pembayaran pensiun, perawatan kesehatan fisik dan kejiwaan lanjut usia
(lansia), pengaturan tempat tinggal dan lain lain. Penduduk Indonesia belum
dianggap sebagai penduduk tua karena persen penduduk diatas 65 tahun masih
kecil, namun karena jumlah penduduk yang besar, maka jumlah orang tua juga
cukup besar untuk memperoleh perhatian dari pemerintah pusat maupun lokal.
Karakteristik
Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Karakteristik penduduk menurut umur dapat ditabulasi silang dengan jenis kelamin atau dapat juga ditabulasi silang dengan karakteristik sosial misalnya penduduk menurut umur dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk menurut umur dengan tempat tinggal, penduduk menurut umur dengan status pekerjaan dll.
Karakteristik penduduk menurut umur dapat ditabulasi silang dengan jenis kelamin atau dapat juga ditabulasi silang dengan karakteristik sosial misalnya penduduk menurut umur dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk menurut umur dengan tempat tinggal, penduduk menurut umur dengan status pekerjaan dll.
Indikator
Karakteristik Penduduk
Indikator penting tentang umur dan jenis kelamin maupun jumlah penduduk adalah:
1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
2. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
3. Tingkat pertumbuhan penduduk
Indikator penting tentang umur dan jenis kelamin maupun jumlah penduduk adalah:
1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
2. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
3. Tingkat pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk, mutu tenaga kerja berdampak pada
pengangguran dan
Kemiskinan
kelajuan penduduk juga memiliki dampak positif dan negatif, dampak
positifnya seperti pada tahun 2010 yang perkiraan sekitar 106,8 adalah penduduk
yang berada pada usia produktif, ini bisa menjadi modal pembangunan, karena
dapat menjamin terciptanya permintaan agregatif. Ini terbukti dari cepatnya
laju pertumbuhan ekonomi beberapa negara yang memiliki jumlah penduduk yang
tinggi, misalnya China, India, dan Indonesia. Selain itu dampak negatif yang di
timbulkan adalah kelajuan penduduk bisa menghalangi pembangunan dan menjadi
penghalang kemajuan sosial ekonomi bagi negara seperti Bangladesh, Pakistan,
Burma, dan Afganistan. Bahkan untuk sebagian besar negara-negara Afrika,
pertambahan penduduk menjadi sebuah ancaman. Melihat dampak penduduk tidak bisa
secara umum. Ketika Indonesia tumbuh ekonominya secara stabil telah melahirkan
generasi berpenghasilan menengah. Sementara dampak dari pembangunan masih
menyisakan kelompok penduduk inklusif. Penduduk yang tinggal pada daerah yang
sulit dijangkau dalam proses pembangunan. Penduduk seperti inilah yang
seharusnya di tangani pemerintah untuk menghindari peningkatan angka
pengangguran.
Daerah yang mereka tempati memang tidak terkontaminasi daerah luar, namun
pemerintah secara data mempunyai kemampuan untuk mengetahui kegiatan penduduk
inklusif. Terlepas dari pembahasan kepadatan penduduk yang mempunyai dampak
positif dan negatif maka penduduk juga mempengaruhi perekonomian dan
pembangunan suatu wilayah. Selain itu peningkatan jumlah penduduk yang tidak
terkendali akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam dunia kerja. Mereka migrasi
ke Batam akan meningkatan angka penduduk kota Batam. Angka penduduk yang ada di
kota Batam belakangan semakin meningkat. Hal semacam ini di perlukan penanganan
secara intensif dari pemerintah agar tidak meningkat angka pengangguran.
Lapangan kerja yang disediakan tidak mampu menampung semua penduduk yang ingin
bekerja. Migrasi yang tidak terkendali ini juga akan berdampak kemacetan kecil
di kota Batam. Migrasi yang semakin meningkat membuat kota ini terasa padat,
program pemerintah yang menangani kependudukan seperti dari Disduk dan Bkkbn
harus ikut andil dalam menyelesaikan migrasi yang semakin meningkat setiap
tahunnya. Upaya yang bisa di lakukan disduk dan bkkkn seperti memberi
sosialisai penanganan kependudukan dan ketenagakerjaan yang harus seimbang agar
tidak terjadi pengangguran. Penanganan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali
dengan lapangan kerja yang disediakan terbatas adalah tugas pemerintah agar
bisa mengimbangi hal ini. Jika terus dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi
pembangunan dan perkembangan kota Batam yang bisa dibilang motornya Kepri (
Kepulauan Riau) dan angka pengannguran semakin meningkat. Angka pengangguran terbuka semenjak tahun 2009 sampai tahun
2012 telah menurun dari 7,9 % menjadi 6,3%. Diperkiraan akan terjadi penurunan
hingga tahun 2015. Suatu pertanda adanya dampak positif dari stabilitas ekonomi
makro, termasuk dengan turunnya suku bunga dari 6,5 % tahun 2009 51 menjadi
5,75% tahun 2012. Sehingga jumlah penganggur dapat dikendalaikan setidaknya
pada tahun 2011 (Agustus) tersisa sebanyak 7,7 juta orang. Sebaliknya, sejak
tahun 2009 jumlah penduduk yang bekerja paruh waktu (part time worker)
meningkat dari 16,2 juta orang angkatan kerja menjadi 21,1 juta orang (Agustus
2011). Saat bersamaan mereka yang masuk ke dalam setengah pengangguran juga
masih tinggi pada kisaran 15,4 juta orang.
Penurunan pengangguran telah menambah jumlah angkatan kerja tidak penuh
underutilized dari 31,6 juta orang tahun 2009 (Agustus) menjadi 34,6 tahun 2011
(Agustus). Artinya jumlah angkatan kerja yang terserap pada lapangan kerja
tidak penuh bertambah setiap tahunnya sebesar 1,5 juta orang. Secara implisit,
kondisi pasar kerja persoalannya berubah dari persoalan pengangguran terbuka
menjadi persoalan setengah pengangguran. Sejalan dengan persoalan pengangguran,
penurunan angka kemiskinan juga terlihat. Dengan mempedomani penetapan garis
kemiskinan regional, ditemukan jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 (Maret)
sebanyak 31,02 juta turun menjadi 30,02 juta tahun 2011 (maret). Angka
kemiskinan dari 13,33 persen menjadi 12,49 persen.
Laju penurunan kemiskinan di daerah kota relatif sulit pada rentang waktu
yang sama (0,05 juta) dibandingkan dengan daerah desa (0,86 juta). Sekalipun
angka kemiskinan turun, jumlah mereka yang berada pada daerah dekat dengan
garis kemiskinan masih relatif tinggi (BPS, 2012). Karakteristik
ketenagakerjaan ditelusuri menjadi jelas. Kemiskinan pada daerah pertanian
relatif tinggi dari total kemiskinan, yakni sebesar 71,26% adalah rumah tangga
pertanian (BPS, 2012). Oleh karenanya sangat diperlukan untuk mengetahui rumah
tangga mana yang mengalami persoalan produktivitas rendah, apa akar masalah dan
bagaimana strategi perluasan lapangan kerjanya. Laju pertumbuhan ekonomi pada
kisaran 6-6,5 per tahun akan tetap menempatkan persoalan tenagakerja menjadi
masalah penting pembangunan. Karena pertumbuhan ekonomi setinggi demikian,
relatif hanya menguntungkan berbagai kelompok tertentu, setidaknya tenaga kerja
upahan. Sementara jumlah tenaga kerja yang di luar sektor upahan jumlahnya
masih pada kisaran 65% dari total angkatan kerja.
Dengan demikian upaya mengisolasi persoalan tenaga kerja pada mereka yang
menganggur serta mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal yang tidak
formal, peningkatan akses dan produktivitas adalah salah satu jawaban yang
mesti segera dicarikan. Indonesia mesti melakukan terobosan khusus, bagaimana
mengatasi peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan apa program utama yang
dapat diajukan agar semakin tertanganinya aspek ketenagakerjaan serta
kesejahteranannya.
Sumber:
http://kepri.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=144