Kamis, 19 Mei 2016

Beyond Center and Circle Time (BCCT) untuk kelompok bermain
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah : kelompok bermain
Dosen Mata kuliah : Gian Fitria S.Psi,. M.Pd.

Disusun Oleh:


Nama                                                               NPM
Dina puspita sari                                             1513054002
Siti marinda                                                     1513054024
Melisa agustina                                               1513054010
Regista cloudy                                                1513054005
Novia safitri                                                    1513054011
20140711144227!Logo_UnivLampung.png




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

1.     Pengertian Beyond Center and Circle Time (BCCT)

Institusi pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) memerlukan metode pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak dan mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak. Metode pembelajaran baru telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) di Florida, USA dikenal dengan nama metode Beyond Center and Circle Time (BCCT). Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diatur dalam bentuk kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami bukan hanya sekedar mengetahui ilmu yang ditransfer oleh guru. Pembelajaran berpusat pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan evaluator. Sehingga otak anak dirangsang untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali pengalamannya sendiri bukan sekedar mencontoh dan menghafal saja.

Selain kualitas guru, tersedianya sarana dan prasarana, metode pembelajaran dalam suatu institusi pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan visi institusi pendidikan akan memudahkan bagi para pendidik untuk lebih memfokuskan pembelajaran di dalam kelas. Khususnya institusi pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) memerlukan metode pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak dan mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak.
2.     Kelebihan Beyond Center and Circle Time

            Strategi belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar telah diterapkan hampir diseluruh pusat PAUD karena memang bermain merupakan dunia anak dan media belajar yang baik untuk anak. Anak dapat belajar melalui permainan mereka sendiri. Pengalaman bermain yang menyenangkan dapat merangsang perkembangan anak baik secara fisik, emosi, kognisi maupun sosial.

Metode pembelajaran yang sinergis dengan strategi belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) di Florida, USA dikenal dengan nama metode Beyond Center and Circle Time (BCCT). Metode ini telah diterapkan di Creative Pre School Florida USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun anak dengan kebutuhan khusus. Metode BCCT ini merupakan pengembangan metode Montessori, Highscope dan Reggio Emilio.
Konsep belajar yang dipakai dalam metode BCCT difokuskan agar guru sebagai pendidik menghadirkan dunia nyata di dalam kelas dan mendorong anak didik membuat hubungan antara pengetahuan, pengalaman, dan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga otak anak dirangsang untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali pengalamannya sendiri bukan sekedar mencontoh dan menghafal saja. Menurut Jean Piaget (1972), “anak- anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri, guru tentu saja dapat menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, ia harus menemukan sendiri”.
Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diharapkan mampu berjalan secara alamiah dalam bentuk kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami bukan hanya sekedar mengetahui ilmu yang ditransfer oleh guru. Metode ini juga memandang bermain sebagai media yang tepat dan satu-satunya media pembelajaran anak karena disamping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat menjadi media untuk berfikir aktif dan kreatif.
Pembelajaran yang berpusat pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator,motivator dan evaluator merupakan ciri dari metode BCCT ini. Kegiatan anak juga berpusat pada sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat yang memiliki standart operasional prosedur yang baku dan memiliki pijakan-pijakan dalam proses pembelajarannya.
Metode BCCT ini dapat dijadikan metode pilihan yang digunakan institusi pendidikan PAUD mengingat saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta yang harus dihafal dan gurupun masih menjadi pusat pembelajaran atau informasi. Dengan penerapan metode BCCT, kecerdasan anak dapat dikembangkan secara optimal dan anak distimulus untuk menjadi anak yang aktif, kreatif dan berani. Anak dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya serta menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dialami. Sedangkan tugas guru hanya memfasilitasi agar informasi yang baru mereka terima lebih bermakna serta memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri.
Bagaimana cara mempraktekkan metode BCCT ini di dalam kelas ? Metode BCCT diterapkan pada kelas yang telah dirancang dalam bentuk sentra-sentra, misal: Sentra persiapan, sentra bermain peran baik mikro maupun makro, sentra rancang bangun, sentra musik dan olah tubuh, sentra IT, sentra IMTAQ, sentra seni dan kreatifitas dan sentra sains. Setiap guru bertanggung jawab pada 10 – 12 anak saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lainnya.
Ciri khusus yang dimiliki BCCT adalah empat pijakan, yaitu : pijakan lingkungan, pijakan sebelum bermain, pijakan saat bermain dan pijakan setelah bermain. Pijakan-pijakan ini harus diikuti oleh guru guna membentuk keteraturan antara bermain dan belajar. Dalam pijakan lingkungan, guru menata lingkungan yang sesuai dengan kapasitas dan keragaman jenis permainan anak. Pijakan sebelum bermain dilakukan guru dengan meminta anak untuk duduk membentuk sebuah lingkaran sambil bernyanyi, setelah berdo’a bersama guru menjelaskan kegiatan sentra dengan alat peraga yang telah dipersiapkan. Selanjutnya guru bersama anak membuat aturan bermain yang disepakati bersama. Pijakan saat bermain merupakan waktu bagi guru untuk mencatat perkembangan dan kemampuan anak serta membantu anak bila dibutuhkan. Perlu dipahami bahwa didalam metode BCCT berlaku tiga jenis bermain. Pertama, bermain sensorimotor atau fungsional yang memfungsikan panca indra anak agar dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar. Bermain sensorimotor penting untuk mempertebal sambungan antar neuron. Kedua, bermain peraan baik mikro maupun makro dimana anak diberi kesempatan menciptakan kejadian-kejadian dalam kehidupan nyata dengan cara memerankannya secara simbolik. Ketiga bermain pembangunan, Piaget (1962) menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan ketrampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Apabila ketiga jenis bermain tersebut dapat dilakukan oleh anak secara optimal memungkinkan adanya ketuntasan belajar dan perkembangan anak baik secara fisik, kognisi, emosi maupun sosial. Sehingga mereka dapat dengan mudah memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pijakan yang terakhir adalah pijakan setelah bermain dimana anak dapat menceritakan pengalaman bermain mereka serta guru dapat menggali dan menanamkan pengetahuan pada anak.
3.     Kekurangan Beyond Center and Circle Time

            Berdasarkan survei yang telah dilakukan, pusat-pusat PAUD di Surabaya yang telah menggunakan metode BCCT ini kurang lebih hanya 25 % institusi saja. Namun praktek dilapangan yang sering terjadi adalah kurang maksimalnya realisasi perangkat-perangkat metode BCCT dengan baik. Oleh karena begitu penting dan bermanfaatnya metode BCCT ini dalam metode pembelajaran untuk PAUD, maka alangkah baiknya bila Dinas Pendidikan mengadakan diklat atau pelatihan bagi guru atau institusi yang memerlukan informasi mengenai metode ini. Dengan demikian pendidikan khususnya PAUD dapat berkembang secara optimal dan dapat memenuhi kebutuhan anak.
4.     Analisis mengenai pembelajaran berbasis sentra
          Pembelajaran yang berpusat pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator,motivator dan evaluator merupakan ciri dari metode BCCT ini. Kegiatan anak juga berpusat pada sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat yang memiliki standart operasional prosedur yang baku dan memiliki pijakan-pijakan dalam proses pembelajarannya.
Metode BCCT ini dapat dijadikan metode pilihan yang digunakan institusi pendidikan PAUD mengingat saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta yang harus dihafal dan gurupun masih menjadi pusat pembelajaran atau informasi. Dengan penerapan metode BCCT, kecerdasan anak dapat dikembangkan secara optimal dan anak distimulus untuk menjadi anak yang aktif, kreatif dan berani. Anak dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya serta menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dialami. Sedangkan tugas guru hanya memfasilitasi agar informasi yang baru mereka terima lebih bermakna serta memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri.
5.      Berbagai jenis sentra 

Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus oleh satu kelompok usia PAUD dalam satu sentra kegiatan. Setiap sentra mendukunga perkembangan anak dalam tiga jenis bermain yaitu bermain sensorimotor atau fungsional, bermain peran dan bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Metode BCCT diterapkan pada kelas yang telah dirancang dalam bentuk sentra-sentra, misal:
1)      Sentra persiapan,
2)      sentra bermain peran baik mikro maupun makro,
3)      sentra rancang bangun,
4)      sentra musik dan olah tubuh,
5)      sentra IT,
6)      sentra IMTAQ,
7)      sentra seni dan kreatifitas dan
8)      sentra sains.

Penataan Ruang Model Pembelajaran Sentra PAUD
Berikut ini adalah contoh model penataan lingkungan main atau ruang untuk model pembelajaran PAUD menggunakan Sentra.
Model Pembelajaran Sentra Pendidikan Anak Usia Dini
Macam-Macam Sentra Pembelajaran PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
1. Sentra Balok
Sentra balok memfasilitasi anak bermain tentang konsep bentuk, ukuran, keterkaitan bentuk, kerapihan, ketelitian, bahasa, dan kreativitas. Bermain balok selalu dikaitkan dengan main peran mikro, dan bangunan yang dibangun anak digunakan untuk bermain peran.

Alat dan bahan main Sentra Balok:
• balok-balok dengan berbagai bentuk dan ukuran
• balok asesoris untuk main peran
• lego berbagai bentuk
• kertas dan alat tulis


2. Sentra Main Peran Kecil (Mikro)
Main peran kecil mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berbahasa, sosial-emosional, menyambungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru dengan menggunakan alat main peran berukuran kecil.

Alat dan Bahan Sentra Main Peran Kecil (Mikro):
• berbagai miniatur mainan
• berbagai mainan alat rumah tangga
• berbagai mainan mini alat kedokteran
• berbagai mainan mini alat transportasi
• berbagai mainan mini alat tukang

3. Sentra Main Peran Besar (Makro)
Sentra main peran mengembangkan kemampuan mengenal lingkungan sosial, mengembangkan kemampuan bahasa, kematangan emosi dengan menggunakan alat main yang berukuran besar sesuai dengan ukuran sebenarnya.

Alat dan bahan Sentra Main Peran Besar (Makro):
• mainan untuk pasar-pasaran
• mainan untuk rumah-rumahan
• mainan untuk dokter-dokteran
• mainan untuk kegiatan pantai
• mainan untuk tukang-tukangan
• mainan untuk kegiatan nelayan
• mainan salon-salonan
• dll.

4. Sentra IMTAQ
Sentra Imtaq mengenalkan kehidupan beragama dengan keterampilan yang terkait dengan agama yang dianut anak. sentra Imtaq untuk satuan PAUD umum mengenalkan atribut berbagai agama, sikap menghormati agama.

5. Sentra Seni 
Sentra seni dapat dibagi dalam seni musik, seni tari, seni kriya, atau seni pahat. Penentuan sentra seni yang dikembangkan tergantung pada kemampuan satuan PAUD. Disarankan minimal ada dua kegiatan yang dikembangkan di sentra seni yakni seni musik dan seni kriya. Sentra seni mengembangkan kemampuan motorik halus, keselarasan gerak, nada, aspek sosial-emosional dan lainnya.

6. Sentra Persiapan
Sentra persiapan lebih menekankan pengenalan keaksaraan awal pada anak. penggunaan buku, alat tulis dapat dilakukan di semua sentra, tetapi di sentra persiapan lebih diperkaya jenis kegiatan bermainnya. Pada kelompok anak paling besar yang segera masuk sekolah dasar, frekuensi main di sentra persiapan lebih banyak. Kegiatan persiapan dapat juga diperkuat dalam jurnal siang.

7. Sentra Bahan Alam
Sentra bahan alam kental dengan pengetahuan sains, matematika, dan seni. Sentra bahan alam diisi dengan berbagai bahan main yang berasal dari alam, seperti air, pasir, bebatuan, daun. Di sentra bahan alam anak memiliki kesempatan menggunakan bahan main dengan berbagai cara sesuai pikiran dan gagasan masing-masing dengan hasil yang berbeda. Gunakan bahan dan alat yang ada disekitar. Perhatikan keamanannya. Bahan dan alat yang digunakan harus bebas dari bahan beracun atau binatang kecil yang membahayakan.

8. Sentra Memasak
Sentra memasak kaya dengan pengalaman unik bagi anak mengenal berbagai bahan makanan dan proses sain yang menyenangkan. Di sentra memasak anak belajar konsep matematika, sains, alam, dan sosial sehingga menunjang perkembangan kognitif, sosial-emosional, bahasa, motorik, dan juga seni, serta nilai agama.

Model-model tersebut di atas merupakan hasil penelitian dan penerapan para pakar pendidikan anak usia dini yang berlangsung bertahun-tahun sebelum disosialisasikan lebih luas. Pengkajian oleh para ahli dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas model-model tersebut mampu membantu anak dalam belajar.

Setiap model model memiliki kekuatan dan keunggulan masing-masing. Oleh karena itu, apa pun model yang digunakan, anak bisa bermain nyaman, aman, dan berkembang kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan perilaku baiknya.

Setiap guru bertanggung jawab pada 10 – 12 anak saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lainnya.
Ciri khusus yang dimiliki BCCT adalah empat pijakan, yaitu : pijakan lingkungan, pijakan sebelum bermain, pijakan saat bermain dan pijakan setelah bermain. Pijakan-pijakan ini harus diikuti oleh guru guna membentuk keteraturan antara bermain dan belajar. Dalam pijakan lingkungan, guru menata lingkungan yang sesuai dengan kapasitas dan keragaman jenis permainan anak. Pijakan sebelum bermain dilakukan guru dengan meminta anak untuk duduk membentuk sebuah lingkaran sambil bernyanyi, setelah berdo’a bersama guru menjelaskan kegiatan sentra dengan alat peraga yang telah dipersiapkan. Selanjutnya guru bersama anak membuat aturan bermain yang disepakati bersama. Pijakan saat bermain merupakan waktu bagi guru untuk mencatat perkembangan dan kemampuan anak serta membantu anak bila dibutuhkan. Perlu dipahami bahwa didalam metode BCCT berlaku tiga jenis bermain. Pertama, bermain sensorimotor atau fungsional yang memfungsikan panca indra anak agar dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar. Bermain sensorimotor penting untuk mempertebal sambungan antar neuron. Kedua, bermain peraan baik mikro maupun makro dimana anak diberi kesempatan menciptakan kejadian-kejadian dalam kehidupan nyata dengan cara memerankannya secara simbolik. Ketiga bermain pembangunan, Piaget (1962) menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan ketrampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Apabila ketiga jenis bermain tersebut dapat dilakukan oleh anak secara optimal memungkinkan adanya ketuntasan belajar dan perkembangan anak baik secara fisik, kognisi, emosi maupun sosial. Sehingga mereka dapat dengan mudah memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pijakan yang terakhir adalah pijakan setelah bermain dimana anak dapat menceritakan pengalaman bermain mereka serta guru dapat menggali dan menanamkan pengetahuan pada anak
.
6.     Bentuk – bentuk keterlibatan keluarga yang dilaksanakan di kober

Yang menjadi dasar paling utama dalam keterlibatan orang tua adalah keberlanjutan tanggung jawab untuk meningkatkan anak mereka dengan mendukung anak-anak dengan makanan, pakaian, perlindungan, kesehatan, dan keselamatan.
a.         Tipe Tanggung Jawab Dasar dari Keluarga
Yang menjadi dasar paling utama dalam keterlibatan orang tua adalah keberlanjutan tanggung jawab untuk meningkatkan anak mereka dengan mendukung anak-anak dengan makanan, pakaian, perlindungan, kesehatan, dan keselamatan. Bentuk kegiatan yang mendukung tipe ini seperti:
1.    Memberikan informasi-informasi terbaru kepada seluruh orang tua dengan berbagai cara.
2.    Membuat kelompok atau pertemuan khusus orang tua.
3.    Membuat sebuah program yang didukung orang tua.
4.    Mengembangkan kunjungan ke rumah.
5.    Mengembangkan informasi dalam pelayanan masyarakat
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk merencanakan dan menerapkan kegiatan kelompok mengasuh antara lain:
1.    Memilih topik yang sesuai dan bermakna.
2.    Menyampaikan informasi ke semua keluarga.
3.  Memberikan pemberitahuan yang cukup kepada orang tua.
4.  Lokasi harus bervariasi.
5.  Waktu terjadwal.
6.  Informasi harus padat, jelas dan mudah dimengerti
b.        Komunikasi
Komunikasi yang efektif penting untuk membangun sebuah kemitraan yang sukses antara sekolah dan rumah. Komunikasi tersebut hendaknya dibangun dua arah untuk berbagi informasi. Tujuan utama sekolah dalam berkomunikasi adalah memberi dan menerima sehingga dapat mewujudkan tujuan umum serta tindak lanjutnya.
Beberapa contoh kegiatan membangun kominikasi dua arah yang efektif yaitu:
1.        Membuat pemberitahuan dan bulletin yang interaktif
2.        Mengirimkan laporan pekerjaan anak setiap minggu atau setiap bulan
3.        Membuat diskusi online dengan guru dan tenaga kependidikan
4.        Menempatkan kotak saran
5.        Mempertemukan guru dan orang tua dalam konferensi dengan tindak lanjut yang dibutuhkan.
6.  Buku catalog sekolah yang diberkian kepada orang tua harus memuat informasi yang jelas mengenai kebijakan sekolah.
7.   Menetapkan pengedaran pemberitahuan yang terjadwal.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membangun komunikasi dua arah yaitu:
1.    Informasi harus jelas, berguna dan mudah dibaca
2.    Mengadakan pertemuan khusus dengan para orang tua yang memiliki keterbatasan berbahasa
3.    Mengembangkan beragam cara agar orang tua bisa berkomunikasi dengan sekolah.
4.    Membuat “pohon telepon”
c.  Sukarelawan
Aktifitas tipe ini adalah bantuan orang tua untuk guru dan tenaga kependidikan dalam mendukung program sekolah serta membantu aktivitas dan kerja sekolah termasuk tujuan perjalanan, bagian-bagian kelas, dan penampilan kelas.
Contoh kegiatan sukarelawan antara lain:
1.        Sukarelawan di dalam kelas
2.        Sukarelawan di luar kelas
3.        Penonton sukarelawan
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menerapkan program sukarelawan adalah:
1.        Perekrutan
2.        Pelatihan dan pengawasan
3.        Pengenalan
d.  Pembelajaran di Rumah
Dalam wilayah pendidikan anak usia dini, dasar utama adalah orang tua dan guru yang paling berpengaruh. Orang tua berpengaruh besar untuk apa yang dilakukan anak-anak di rumah. Termasuk juga pendampingan orang tua untuk mencapai tujuan belajar anak. Akan lebih banyak waktu yang tersedia di rumah daripada di sekolah untuk belajar dan membangun tingkah laku positif dalam pendidikan. Beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar di rumah yaitu:
1.        Mendengar dan memperhatikan anak ketika membaca.
2.        Pusat kegiatan belajar.
3.        Menyediakan perlengkapan di rumah.
4.        Belajar di rumah dengan segala ketersediaan.
5.         Membuat perpustakaan keluarga.
6.        Pekerjaan rumah yang interaktif.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan kegiatan tersebut:
1.         Meningkatkan informasi dan memberi pelatihan.
2.         Menyertakan kegiatan dalam jadwal kaluarga.
3.         Membuat pekerjaan rumah yang interaktif.
4.         Kemudahan mengakses bahan dan melakukan aktifitas.
e. Pembuat keputusan
Keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan memiliki beragam bentuk, seperti memilih sekolah, mengkaji dan mengevaluasi program sekolah, mengukur kemampuan biaya, mendengarkan pendapat, peran pembinaan dalam komite sekolah, dan perlindungan hukum untuk sekolah, keluarga, dan anak-anak. Contoh-contoh kegiatan yang dapat digunakan dalam membuat keputusan antara lain:
1.      Organisasi orang tua dan komite
2.      Kelompok perlindungan hukum
3.      Pertemuan di balai kota
4.      Sesi pelatihan untuk orang tua dan pendidik
5.      Paguyuban kelas untuk orang tua gan guru
Beberapa hal yang harus diperhatikanuntuk perencanaan kegiatan di atas yaitu:
1.      Jumlah dan keberagaman orang tua yang mewakili komite
2.      Memberikan informasi yang membutuhkan keputusan orang tua
3.      Tindak lanjut di setiap pelatihan orang tua
4.      Mewujudkan pertemuan rutin
5.      Membangun dan mengurus kemitraan diantara pendidik dan orang tua.
f. Kerja sama dengan Masyarakat
Sekolah dan guru seharusnya memperhatikan masyarakat dalam konteks memasukkan anggota masyarakat yang tertarik untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Wujud dukungan dari anggota masyarakat tersebut dapat berupa materi, tenaga, dan sumber daya alam. Oleh karena itu sekolah hendaknya berhubungan dengan beragam anggota masyarakat seperti dari kalangan bisnis, agama, budaya, pemerintahan, dan organisasi lainnya. Contoh-contoh kegiatan kerja sama dengan masyarakat:
1.        Meningkatkan komunikasi mengenai sumber daya dan pelayanan dengan berbagai cara.
2.        Menjalin kerja sama dan berkolaborasi dengan komunitas masyarakat bisnis, agensi, organisasi dan lain- lain.

7.     Keunggulan Keterlibatan Orang Tua
Menurut pendapat Henderson dan Berla dalam Olsen dan Fuller (2003:136), tanda-tanda yang paling akurat dari pemahaman siswa di sekolah adalah  bukan dikarenakan status sosial tetapi tingkat dimana keluarga siswa mampu untuk
1.                Menciptakan lingkungan rumah yang dapat mendorong pembelajaran.
2.                Menunjukkan harapan yang tinggi (tapi masuk akal) untuk pemahaman dan masa depan anak.
3.                Menjadi pendorong pendidikan anak-anak di sekolah dan di masyarakat
Adapun manfaat bagi Anak-anak adalah:
a. Anak-anak cenderung lebih paham, tanpa memandang latar belakang suku atau ras, status sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan orang tua.
b. Secara umum anak-anak mendapatkan peringkat, nilai dan presentasi kehadiran yang lebih baik.
c.  Anak-anak secara konsisten mengerjakan pekerjaan rumah mereka.
d. Anak-anak memiliki harga diri yang lebih baik akan lebih disiplin dan menampakkan pendapat serta motivasi untuk bersekolah.
e.  Perilaku positif anak-anak tentang sekolah akan selalu berhasil meningkatkan perilaku baik di sekolah serta mengurangi pelanggaran disiplin.
f. Meminimalkan jumlah siswa yang ditempatkan di pendidikan khusus dan di kelas remidial.
g. Anak-anak dari beragam latar belakang budaya mudah berbaur saat orang tua dan pegawai profesional bekerja sama untuk menjembatani batas antara budaya di rumah dan budaya di sekolah.
h. Siswa SMP dan SMA yang orang tuanya selalu terlibat akan mudah mengatasi masa transisi dan mengurangi angka putus sekolah.



Manfaat bagi Orang Tua
a. Para orang tua meningkatkan interaksi dan diskusi dengan anak-anak mereka dan para orang tua menjadi lebih responsive dan sensitive terhadap perkembangan intelektual, sosial, dan emosi anak-anak.
b. Para orang tua lebih percaya diri dalam mengasuh dan terampil dalam membuat keputusan.
c.  Sebagai orang tua, memperoleh wawasan tentang perkembangan anak, akan lebih berguna dan menjadi dorongan positif sehingga mengurangi pemberian hukuman pada anak-anak mereka.
d.Para orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tugas guru dan kurikulum sekolah.
e. Saat para orang tua sadar tentang apa yang dipelajari anak-anak, mereka  dengan senang hati membantu ketika para guru meminta mereka terlibat dalam aktivitas pembelajaran di rumah.
f. Persepsi orang tua terhadap sekolah menjadi lebih baik dan memperkuat ikatan serta komitmen dengan sekolah.
g. Para orang tua akan lebih sadar dan menjadi lebih peduli terhadap kebijakan-kebijakan pendikdikan anak-anak mereka ketika para orang tua diminta sekolah untuk terlibat sebagai tim pengambil keputusan.
 Manfaat bagi Pendidik
a. Ketika suatu sekolah memiliki tingkat presentasi yang tinggi dalam melibatkan orang tua baik di dalam maupun di luar sekolah, para guru dan kepala sekolah akan mudah mendapat pengalaman memperoleh kewenangan yang lebih tinggi.
b. Para guru dan kepala sekolah selalu mendapatkan penghargaan yang lebih baik untuk profesi mereka dari para orang tua.
c. Keterlibatan orang tua yang konsisten membuat peningkatan komunikasi dan hubungan antara para orang tua, guru, dan tenaga kependidikan.
d. Guru dan kepala sekolah memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai budaya keluarga dan keberagamannya, dan mereka membuat penghargaan yang dalam untuk kemampuan dan waktu para orang tua.
e. Guru dan kepala sekolah dapat melaporkan peningkatan hasil kinerja mereka.
Manfaat bagi sekolah
a. Sekolah yang aktif melibatkan para orang tua dan masyarakat mudah mewujudkan reputasi yang baik di masyarakat
b. Sekolah juga lebih berpengalaman dalam dukungan masyarakat
c.  Program-program sekolah yang mendorong dan mendukung para orang tua selalu bertindak lebih baik dan memiliki program dengan kualitas tinggi daripada yang tidak melibatkan para orang tua.

Anderson dan Berla (1994) telah mengkaji dan menganalisis delapan puluh lima kajian yang telah mendokumentasikan manfaat menyeluruh dari  keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Sebuah keterlibatan orang tua yang direncanakan secara efektif dan diterapkan dengan baik akan memberi manfaat yang sangat banyak bagi orang tua, pendidik, dan sekolah

8.     Kelemahan
semua bentuk dorongan sekolah untuk melibatkan para orang tua dalam pendidikan harus memperhatikan latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan tiap keluarga. Karena semua keluarga memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda untuk anak-anak mereka.

Para orang tua mengharapkan peningkatan taraf hidup, latar belakang pendidikan, silsilah keluarga, maupun pengalaman dengan sekolah pada masa lalu, serta ingin secara aktif terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka. Para orang tua lebih senang jika sekolah menunjukkan pada mereka bagaimana terlibat di dalam sekolah.Selain itu,banyak nya para orang tua yang sulit d i ajak untuk bekerja sama dalam mendidik anak anak nya baik di sekolah maupun di rumah.Dengan alasan orang tua terlalu sibuk untuk kegiatan lain nya atau sibuk dengan pekerjan mereka.Sehingga para orang tua menyerah kan sepenuh nya pendidikan anak nya kepada sekolah tersbut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar