Beyond Center
and Circle Time (BCCT) untuk kelompok bermain
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas kelompok
Mata Kuliah : kelompok bermain
Dosen Mata kuliah : Gian Fitria
S.Psi,. M.Pd.
Disusun Oleh:
Nama NPM
Dina puspita
sari 1513054002
Siti marinda
1513054024
Melisa
agustina 1513054010
Regista
cloudy 1513054005
Novia
safitri 1513054011
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
1.
Pengertian Beyond Center and
Circle Time (BCCT)
Institusi pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) memerlukan metode
pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak
dan mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak. Metode pembelajaran baru
telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training
(CCCRT) di Florida, USA dikenal dengan nama metode Beyond Center and Circle
Time (BCCT). Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diatur dalam bentuk
kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami bukan hanya sekedar
mengetahui ilmu yang ditransfer oleh guru. Pembelajaran berpusat pada anak dan
peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan evaluator. Sehingga otak
anak dirangsang untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali pengalamannya
sendiri bukan sekedar mencontoh dan menghafal saja.
Selain kualitas guru, tersedianya sarana dan prasarana, metode pembelajaran
dalam suatu institusi pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Penentuan metode pembelajaran yang
sesuai dengan visi institusi pendidikan akan memudahkan bagi para pendidik
untuk lebih memfokuskan pembelajaran di dalam kelas. Khususnya institusi
pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) memerlukan metode pembelajaran yang
mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak dan mampu merangsang
seluruh aspek kecerdasan anak.
2.
Kelebihan Beyond Center and
Circle Time
Strategi belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar telah diterapkan hampir diseluruh pusat PAUD karena memang bermain merupakan dunia anak dan media belajar yang baik untuk anak. Anak dapat belajar melalui permainan mereka sendiri. Pengalaman bermain yang menyenangkan dapat merangsang perkembangan anak baik secara fisik, emosi, kognisi maupun sosial.
Metode pembelajaran yang sinergis dengan strategi belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) di Florida, USA dikenal dengan nama metode Beyond Center and Circle Time (BCCT). Metode ini telah diterapkan di Creative Pre School Florida USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun anak dengan kebutuhan khusus. Metode BCCT ini merupakan pengembangan metode Montessori, Highscope dan Reggio Emilio.
Konsep belajar yang dipakai dalam metode BCCT difokuskan agar guru sebagai pendidik menghadirkan dunia nyata di dalam kelas dan mendorong anak didik membuat hubungan antara pengetahuan, pengalaman, dan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga otak anak dirangsang untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali pengalamannya sendiri bukan sekedar mencontoh dan menghafal saja. Menurut Jean Piaget (1972), “anak- anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri, guru tentu saja dapat menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, ia harus menemukan sendiri”.
Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diharapkan mampu berjalan secara alamiah dalam bentuk kegiatan yang ditujukan agar anak belajar dengan mengalami bukan hanya sekedar mengetahui ilmu yang ditransfer oleh guru. Metode ini juga memandang bermain sebagai media yang tepat dan satu-satunya media pembelajaran anak karena disamping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat menjadi media untuk berfikir aktif dan kreatif.
Pembelajaran yang berpusat pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator,motivator dan evaluator merupakan ciri dari metode BCCT ini. Kegiatan anak juga berpusat pada sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat yang memiliki standart operasional prosedur yang baku dan memiliki pijakan-pijakan dalam proses pembelajarannya.
Metode BCCT ini dapat dijadikan metode pilihan yang digunakan institusi pendidikan PAUD mengingat saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta yang harus dihafal dan gurupun masih menjadi pusat pembelajaran atau informasi. Dengan penerapan metode BCCT, kecerdasan anak dapat dikembangkan secara optimal dan anak distimulus untuk menjadi anak yang aktif, kreatif dan berani. Anak dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya serta menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dialami. Sedangkan tugas guru hanya memfasilitasi agar informasi yang baru mereka terima lebih bermakna serta memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri.
Bagaimana cara mempraktekkan metode BCCT ini di dalam kelas ? Metode BCCT diterapkan pada kelas yang telah dirancang dalam bentuk sentra-sentra, misal: Sentra persiapan, sentra bermain peran baik mikro maupun makro, sentra rancang bangun, sentra musik dan olah tubuh, sentra IT, sentra IMTAQ, sentra seni dan kreatifitas dan sentra sains. Setiap guru bertanggung jawab pada 10 – 12 anak saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lainnya.
Ciri khusus yang dimiliki BCCT adalah empat pijakan, yaitu : pijakan lingkungan, pijakan sebelum bermain, pijakan saat bermain dan pijakan setelah bermain. Pijakan-pijakan ini harus diikuti oleh guru guna membentuk keteraturan antara bermain dan belajar. Dalam pijakan lingkungan, guru menata lingkungan yang sesuai dengan kapasitas dan keragaman jenis permainan anak. Pijakan sebelum bermain dilakukan guru dengan meminta anak untuk duduk membentuk sebuah lingkaran sambil bernyanyi, setelah berdo’a bersama guru menjelaskan kegiatan sentra dengan alat peraga yang telah dipersiapkan. Selanjutnya guru bersama anak membuat aturan bermain yang disepakati bersama. Pijakan saat bermain merupakan waktu bagi guru untuk mencatat perkembangan dan kemampuan anak serta membantu anak bila dibutuhkan. Perlu dipahami bahwa didalam metode BCCT berlaku tiga jenis bermain. Pertama, bermain sensorimotor atau fungsional yang memfungsikan panca indra anak agar dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar. Bermain sensorimotor penting untuk mempertebal sambungan antar neuron. Kedua, bermain peraan baik mikro maupun makro dimana anak diberi kesempatan menciptakan kejadian-kejadian dalam kehidupan nyata dengan cara memerankannya secara simbolik. Ketiga bermain pembangunan, Piaget (1962) menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan ketrampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Apabila ketiga jenis bermain tersebut dapat dilakukan oleh anak secara optimal memungkinkan adanya ketuntasan belajar dan perkembangan anak baik secara fisik, kognisi, emosi maupun sosial. Sehingga mereka dapat dengan mudah memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pijakan yang terakhir adalah pijakan setelah bermain dimana anak dapat menceritakan pengalaman bermain mereka serta guru dapat menggali dan menanamkan pengetahuan pada anak.
3.
Kekurangan Beyond Center and
Circle Time
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, pusat-pusat PAUD di Surabaya yang telah menggunakan metode BCCT ini kurang lebih hanya 25 % institusi saja. Namun praktek dilapangan yang sering terjadi adalah kurang maksimalnya realisasi perangkat-perangkat metode BCCT dengan baik. Oleh karena begitu penting dan bermanfaatnya metode BCCT ini dalam metode pembelajaran untuk PAUD, maka alangkah baiknya bila Dinas Pendidikan mengadakan diklat atau pelatihan bagi guru atau institusi yang memerlukan informasi mengenai metode ini. Dengan demikian pendidikan khususnya PAUD dapat berkembang secara optimal dan dapat memenuhi kebutuhan anak.
4.
Analisis mengenai
pembelajaran berbasis sentra
Pembelajaran yang berpusat pada anak dan
peran guru hanya sebagai fasilitator,motivator dan evaluator merupakan ciri
dari metode BCCT ini. Kegiatan anak juga berpusat pada sentra-sentra main yang
berfungsi sebagai pusat minat yang memiliki standart operasional prosedur yang
baku dan memiliki pijakan-pijakan dalam proses pembelajarannya.
Metode BCCT ini dapat dijadikan metode pilihan yang digunakan institusi pendidikan PAUD mengingat saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta yang harus dihafal dan gurupun masih menjadi pusat pembelajaran atau informasi. Dengan penerapan metode BCCT, kecerdasan anak dapat dikembangkan secara optimal dan anak distimulus untuk menjadi anak yang aktif, kreatif dan berani. Anak dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya serta menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dialami. Sedangkan tugas guru hanya memfasilitasi agar informasi yang baru mereka terima lebih bermakna serta memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri.
Metode BCCT ini dapat dijadikan metode pilihan yang digunakan institusi pendidikan PAUD mengingat saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta yang harus dihafal dan gurupun masih menjadi pusat pembelajaran atau informasi. Dengan penerapan metode BCCT, kecerdasan anak dapat dikembangkan secara optimal dan anak distimulus untuk menjadi anak yang aktif, kreatif dan berani. Anak dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya serta menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dialami. Sedangkan tugas guru hanya memfasilitasi agar informasi yang baru mereka terima lebih bermakna serta memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri.
5.
Berbagai jenis sentra
Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukan
secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus oleh satu kelompok
usia PAUD dalam satu sentra kegiatan. Setiap sentra mendukunga perkembangan
anak dalam tiga jenis bermain yaitu bermain sensorimotor atau fungsional,
bermain peran dan bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Metode BCCT diterapkan pada kelas yang
telah dirancang dalam bentuk sentra-sentra, misal:
1)
Sentra persiapan,
2)
sentra bermain peran baik mikro maupun makro,
3)
sentra rancang bangun,
4)
sentra musik dan olah tubuh,
5)
sentra IT,
6)
sentra IMTAQ,
7)
sentra seni dan kreatifitas dan
8)
sentra sains.
Penataan Ruang Model Pembelajaran Sentra PAUD
Berikut ini adalah
contoh model penataan lingkungan main atau ruang untuk model pembelajaran PAUD
menggunakan Sentra.
Macam-Macam
Sentra Pembelajaran PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
1. Sentra Balok
Sentra balok
memfasilitasi anak bermain tentang konsep bentuk, ukuran, keterkaitan bentuk,
kerapihan, ketelitian, bahasa, dan kreativitas. Bermain balok selalu dikaitkan
dengan main peran mikro, dan bangunan yang dibangun anak digunakan untuk
bermain peran.
Alat dan bahan main Sentra Balok:
• balok-balok dengan berbagai bentuk dan ukuran
• balok asesoris untuk main peran
• lego berbagai bentuk
• kertas dan alat tulis
Alat dan bahan main Sentra Balok:
• balok-balok dengan berbagai bentuk dan ukuran
• balok asesoris untuk main peran
• lego berbagai bentuk
• kertas dan alat tulis
2. Sentra Main Peran Kecil (Mikro)
Main peran
kecil mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berbahasa,
sosial-emosional, menyambungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan
pengetahuan baru dengan menggunakan alat main peran berukuran kecil.
Alat dan Bahan Sentra Main Peran Kecil (Mikro):
• berbagai miniatur mainan
• berbagai mainan alat rumah tangga
• berbagai mainan mini alat kedokteran
• berbagai mainan mini alat transportasi
• berbagai mainan mini alat tukang
3. Sentra Main Peran Besar (Makro)
Alat dan Bahan Sentra Main Peran Kecil (Mikro):
• berbagai miniatur mainan
• berbagai mainan alat rumah tangga
• berbagai mainan mini alat kedokteran
• berbagai mainan mini alat transportasi
• berbagai mainan mini alat tukang
3. Sentra Main Peran Besar (Makro)
Sentra main
peran mengembangkan kemampuan mengenal lingkungan sosial, mengembangkan
kemampuan bahasa, kematangan emosi dengan menggunakan alat main yang berukuran
besar sesuai dengan ukuran sebenarnya.
Alat dan bahan Sentra Main Peran Besar (Makro):
• mainan untuk pasar-pasaran
• mainan untuk rumah-rumahan
• mainan untuk dokter-dokteran
• mainan untuk kegiatan pantai
• mainan untuk tukang-tukangan
• mainan untuk kegiatan nelayan
• mainan salon-salonan
• dll.
4. Sentra IMTAQ
Alat dan bahan Sentra Main Peran Besar (Makro):
• mainan untuk pasar-pasaran
• mainan untuk rumah-rumahan
• mainan untuk dokter-dokteran
• mainan untuk kegiatan pantai
• mainan untuk tukang-tukangan
• mainan untuk kegiatan nelayan
• mainan salon-salonan
• dll.
4. Sentra IMTAQ
Sentra Imtaq
mengenalkan kehidupan beragama dengan keterampilan yang terkait dengan agama
yang dianut anak. sentra Imtaq untuk satuan PAUD umum mengenalkan atribut
berbagai agama, sikap menghormati agama.
5. Sentra Seni
5. Sentra Seni
Sentra seni
dapat dibagi dalam seni musik, seni tari, seni kriya, atau seni pahat.
Penentuan sentra seni yang dikembangkan tergantung pada kemampuan satuan PAUD.
Disarankan minimal ada dua kegiatan yang dikembangkan di sentra seni yakni seni
musik dan seni kriya. Sentra seni mengembangkan kemampuan motorik halus,
keselarasan gerak, nada, aspek sosial-emosional dan lainnya.
6. Sentra Persiapan
6. Sentra Persiapan
Sentra
persiapan lebih menekankan pengenalan keaksaraan awal pada anak. penggunaan
buku, alat tulis dapat dilakukan di semua sentra, tetapi di sentra persiapan
lebih diperkaya jenis kegiatan bermainnya. Pada kelompok anak paling besar yang
segera masuk sekolah dasar, frekuensi main di sentra persiapan lebih banyak.
Kegiatan persiapan dapat juga diperkuat dalam jurnal siang.
7. Sentra Bahan Alam
7. Sentra Bahan Alam
Sentra bahan
alam kental dengan pengetahuan sains, matematika, dan seni. Sentra bahan alam
diisi dengan berbagai bahan main yang berasal dari alam, seperti air, pasir,
bebatuan, daun. Di sentra bahan alam anak memiliki kesempatan menggunakan bahan
main dengan berbagai cara sesuai pikiran dan gagasan masing-masing dengan hasil
yang berbeda. Gunakan bahan dan alat yang ada disekitar. Perhatikan
keamanannya. Bahan dan alat yang digunakan harus bebas dari bahan beracun atau
binatang kecil yang membahayakan.
8. Sentra Memasak
8. Sentra Memasak
Sentra
memasak kaya dengan pengalaman unik bagi anak mengenal berbagai bahan makanan
dan proses sain yang menyenangkan. Di sentra memasak anak belajar konsep
matematika, sains, alam, dan sosial sehingga menunjang perkembangan kognitif,
sosial-emosional, bahasa, motorik, dan juga seni, serta nilai agama.
Model-model tersebut di atas merupakan hasil penelitian dan penerapan para pakar pendidikan anak usia dini yang berlangsung bertahun-tahun sebelum disosialisasikan lebih luas. Pengkajian oleh para ahli dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas model-model tersebut mampu membantu anak dalam belajar.
Setiap model model memiliki kekuatan dan keunggulan masing-masing. Oleh karena itu, apa pun model yang digunakan, anak bisa bermain nyaman, aman, dan berkembang kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan perilaku baiknya.
Model-model tersebut di atas merupakan hasil penelitian dan penerapan para pakar pendidikan anak usia dini yang berlangsung bertahun-tahun sebelum disosialisasikan lebih luas. Pengkajian oleh para ahli dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas model-model tersebut mampu membantu anak dalam belajar.
Setiap model model memiliki kekuatan dan keunggulan masing-masing. Oleh karena itu, apa pun model yang digunakan, anak bisa bermain nyaman, aman, dan berkembang kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan perilaku baiknya.
Setiap guru bertanggung jawab pada 10 – 12 anak saja dengan moving class
setiap hari dari satu sentra ke sentra lainnya.
Ciri khusus yang dimiliki BCCT adalah empat pijakan, yaitu : pijakan lingkungan, pijakan sebelum bermain, pijakan saat bermain dan pijakan setelah bermain. Pijakan-pijakan ini harus diikuti oleh guru guna membentuk keteraturan antara bermain dan belajar. Dalam pijakan lingkungan, guru menata lingkungan yang sesuai dengan kapasitas dan keragaman jenis permainan anak. Pijakan sebelum bermain dilakukan guru dengan meminta anak untuk duduk membentuk sebuah lingkaran sambil bernyanyi, setelah berdo’a bersama guru menjelaskan kegiatan sentra dengan alat peraga yang telah dipersiapkan. Selanjutnya guru bersama anak membuat aturan bermain yang disepakati bersama. Pijakan saat bermain merupakan waktu bagi guru untuk mencatat perkembangan dan kemampuan anak serta membantu anak bila dibutuhkan. Perlu dipahami bahwa didalam metode BCCT berlaku tiga jenis bermain. Pertama, bermain sensorimotor atau fungsional yang memfungsikan panca indra anak agar dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar. Bermain sensorimotor penting untuk mempertebal sambungan antar neuron. Kedua, bermain peraan baik mikro maupun makro dimana anak diberi kesempatan menciptakan kejadian-kejadian dalam kehidupan nyata dengan cara memerankannya secara simbolik. Ketiga bermain pembangunan, Piaget (1962) menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan ketrampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Apabila ketiga jenis bermain tersebut dapat dilakukan oleh anak secara optimal memungkinkan adanya ketuntasan belajar dan perkembangan anak baik secara fisik, kognisi, emosi maupun sosial. Sehingga mereka dapat dengan mudah memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pijakan yang terakhir adalah pijakan setelah bermain dimana anak dapat menceritakan pengalaman bermain mereka serta guru dapat menggali dan menanamkan pengetahuan pada anak
Ciri khusus yang dimiliki BCCT adalah empat pijakan, yaitu : pijakan lingkungan, pijakan sebelum bermain, pijakan saat bermain dan pijakan setelah bermain. Pijakan-pijakan ini harus diikuti oleh guru guna membentuk keteraturan antara bermain dan belajar. Dalam pijakan lingkungan, guru menata lingkungan yang sesuai dengan kapasitas dan keragaman jenis permainan anak. Pijakan sebelum bermain dilakukan guru dengan meminta anak untuk duduk membentuk sebuah lingkaran sambil bernyanyi, setelah berdo’a bersama guru menjelaskan kegiatan sentra dengan alat peraga yang telah dipersiapkan. Selanjutnya guru bersama anak membuat aturan bermain yang disepakati bersama. Pijakan saat bermain merupakan waktu bagi guru untuk mencatat perkembangan dan kemampuan anak serta membantu anak bila dibutuhkan. Perlu dipahami bahwa didalam metode BCCT berlaku tiga jenis bermain. Pertama, bermain sensorimotor atau fungsional yang memfungsikan panca indra anak agar dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar. Bermain sensorimotor penting untuk mempertebal sambungan antar neuron. Kedua, bermain peraan baik mikro maupun makro dimana anak diberi kesempatan menciptakan kejadian-kejadian dalam kehidupan nyata dengan cara memerankannya secara simbolik. Ketiga bermain pembangunan, Piaget (1962) menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan ketrampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Apabila ketiga jenis bermain tersebut dapat dilakukan oleh anak secara optimal memungkinkan adanya ketuntasan belajar dan perkembangan anak baik secara fisik, kognisi, emosi maupun sosial. Sehingga mereka dapat dengan mudah memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pijakan yang terakhir adalah pijakan setelah bermain dimana anak dapat menceritakan pengalaman bermain mereka serta guru dapat menggali dan menanamkan pengetahuan pada anak
.
6.
Bentuk
– bentuk keterlibatan keluarga yang dilaksanakan di kober
Yang menjadi dasar paling utama dalam keterlibatan orang tua adalah
keberlanjutan tanggung jawab untuk meningkatkan anak mereka dengan mendukung
anak-anak dengan makanan, pakaian, perlindungan, kesehatan, dan keselamatan.
a. Tipe Tanggung Jawab
Dasar dari Keluarga
Yang menjadi dasar paling utama dalam keterlibatan orang tua adalah
keberlanjutan tanggung jawab untuk meningkatkan anak mereka dengan mendukung
anak-anak dengan makanan, pakaian, perlindungan, kesehatan, dan keselamatan.
Bentuk kegiatan yang mendukung tipe ini seperti:
1. Memberikan informasi-informasi terbaru kepada
seluruh orang tua dengan berbagai cara.
2. Membuat kelompok atau pertemuan khusus orang tua.
3. Membuat sebuah program yang didukung orang tua.
4. Mengembangkan kunjungan ke rumah.
5. Mengembangkan informasi dalam pelayanan
masyarakat
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk merencanakan dan menerapkan kegiatan
kelompok mengasuh antara lain:
1. Memilih topik yang sesuai dan bermakna.
2. Menyampaikan informasi ke semua keluarga.
3. Memberikan pemberitahuan yang cukup kepada orang tua.
4. Lokasi harus bervariasi.
5. Waktu terjadwal.
6. Informasi harus padat, jelas dan mudah dimengerti
b. Komunikasi
Komunikasi yang efektif penting untuk membangun sebuah kemitraan yang
sukses antara sekolah dan rumah. Komunikasi tersebut hendaknya dibangun dua
arah untuk berbagi informasi. Tujuan utama sekolah dalam berkomunikasi adalah
memberi dan menerima sehingga dapat mewujudkan tujuan umum serta tindak
lanjutnya.
Beberapa contoh kegiatan membangun kominikasi dua arah yang efektif yaitu:
1. Membuat pemberitahuan dan
bulletin yang interaktif
2. Mengirimkan laporan
pekerjaan anak setiap minggu atau setiap bulan
3. Membuat diskusi online
dengan guru dan tenaga kependidikan
4. Menempatkan kotak saran
5. Mempertemukan guru dan
orang tua dalam konferensi dengan tindak lanjut yang dibutuhkan.
6. Buku catalog sekolah yang diberkian kepada orang tua harus memuat informasi
yang jelas mengenai kebijakan sekolah.
7. Menetapkan pengedaran pemberitahuan yang terjadwal.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membangun komunikasi dua arah yaitu:
1. Informasi harus jelas, berguna dan mudah dibaca
2. Mengadakan pertemuan khusus dengan para orang tua
yang memiliki keterbatasan berbahasa
3. Mengembangkan beragam cara agar orang tua bisa
berkomunikasi dengan sekolah.
4. Membuat “pohon telepon”
c. Sukarelawan
Aktifitas tipe ini adalah bantuan orang tua untuk guru dan tenaga
kependidikan dalam mendukung program sekolah serta membantu aktivitas dan kerja
sekolah termasuk tujuan perjalanan, bagian-bagian kelas, dan penampilan kelas.
Contoh kegiatan sukarelawan antara lain:
1. Sukarelawan di dalam
kelas
2. Sukarelawan di luar kelas
3. Penonton sukarelawan
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menerapkan program sukarelawan
adalah:
1. Perekrutan
2. Pelatihan dan pengawasan
3. Pengenalan
d. Pembelajaran di Rumah
Dalam wilayah pendidikan anak usia dini, dasar utama adalah orang tua dan
guru yang paling berpengaruh. Orang tua berpengaruh besar untuk apa yang
dilakukan anak-anak di rumah. Termasuk juga pendampingan orang tua untuk
mencapai tujuan belajar anak. Akan lebih banyak waktu yang tersedia di rumah
daripada di sekolah untuk belajar dan membangun tingkah laku positif dalam
pendidikan. Beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar di
rumah yaitu:
1. Mendengar dan
memperhatikan anak ketika membaca.
2. Pusat kegiatan belajar.
3. Menyediakan perlengkapan
di rumah.
4. Belajar di rumah dengan
segala ketersediaan.
5. Membuat
perpustakaan keluarga.
6. Pekerjaan rumah yang
interaktif.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan kegiatan tersebut:
1. Meningkatkan
informasi dan memberi pelatihan.
2. Menyertakan
kegiatan dalam jadwal kaluarga.
3. Membuat pekerjaan
rumah yang interaktif.
4. Kemudahan mengakses
bahan dan melakukan aktifitas.
e. Pembuat
keputusan
Keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan memiliki beragam bentuk,
seperti memilih sekolah, mengkaji dan mengevaluasi program sekolah, mengukur
kemampuan biaya, mendengarkan pendapat, peran pembinaan dalam komite sekolah,
dan perlindungan hukum untuk sekolah, keluarga, dan anak-anak. Contoh-contoh
kegiatan yang dapat digunakan dalam membuat keputusan antara lain:
1. Organisasi orang tua dan komite
2. Kelompok perlindungan hukum
3. Pertemuan di balai kota
4. Sesi pelatihan untuk orang tua dan
pendidik
5. Paguyuban kelas untuk orang tua gan
guru
Beberapa hal yang harus diperhatikanuntuk perencanaan kegiatan di atas
yaitu:
1. Jumlah dan keberagaman orang tua yang
mewakili komite
2. Memberikan informasi yang membutuhkan
keputusan orang tua
3. Tindak lanjut di setiap pelatihan
orang tua
4. Mewujudkan pertemuan rutin
5. Membangun dan mengurus kemitraan
diantara pendidik dan orang tua.
f. Kerja sama
dengan Masyarakat
Sekolah dan guru seharusnya memperhatikan masyarakat dalam konteks
memasukkan anggota masyarakat yang tertarik untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Wujud dukungan dari anggota masyarakat tersebut dapat berupa
materi, tenaga, dan sumber daya alam. Oleh karena itu sekolah hendaknya
berhubungan dengan beragam anggota masyarakat seperti dari kalangan bisnis,
agama, budaya, pemerintahan, dan organisasi lainnya. Contoh-contoh kegiatan
kerja sama dengan masyarakat:
1. Meningkatkan komunikasi
mengenai sumber daya dan pelayanan dengan berbagai cara.
2. Menjalin kerja sama dan
berkolaborasi dengan komunitas masyarakat bisnis, agensi, organisasi dan lain- lain.
7.
Keunggulan
Keterlibatan
Orang Tua
Menurut pendapat Henderson dan
Berla dalam Olsen dan Fuller (2003:136), tanda-tanda yang paling akurat dari
pemahaman siswa di sekolah adalah bukan dikarenakan status sosial tetapi tingkat dimana keluarga siswa mampu untuk
1.
Menciptakan
lingkungan rumah yang dapat mendorong pembelajaran.
2.
Menunjukkan
harapan yang tinggi (tapi masuk akal) untuk pemahaman dan masa depan anak.
3.
Menjadi
pendorong pendidikan anak-anak di sekolah dan di masyarakat
Adapun manfaat bagi Anak-anak adalah:
a. Anak-anak cenderung lebih paham, tanpa memandang latar belakang
suku atau ras, status sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan orang tua.
b. Secara umum anak-anak mendapatkan peringkat, nilai dan presentasi
kehadiran yang lebih baik.
c. Anak-anak secara konsisten mengerjakan pekerjaan rumah
mereka.
d. Anak-anak memiliki harga diri yang lebih baik akan lebih disiplin
dan menampakkan pendapat serta motivasi untuk bersekolah.
e. Perilaku positif anak-anak tentang sekolah akan selalu
berhasil meningkatkan perilaku baik di sekolah serta mengurangi pelanggaran
disiplin.
f. Meminimalkan jumlah siswa yang ditempatkan di pendidikan khusus dan
di kelas remidial.
g. Anak-anak dari beragam latar belakang budaya mudah berbaur saat
orang tua dan pegawai profesional bekerja sama untuk menjembatani batas antara
budaya di rumah dan budaya di sekolah.
h. Siswa SMP dan SMA yang orang tuanya selalu terlibat akan mudah
mengatasi masa transisi dan mengurangi angka putus sekolah.
Manfaat bagi Orang Tua
a. Para orang tua meningkatkan interaksi dan diskusi dengan anak-anak
mereka dan para orang tua menjadi lebih responsive dan sensitive terhadap
perkembangan intelektual, sosial, dan emosi anak-anak.
b. Para orang tua lebih percaya diri dalam mengasuh dan terampil dalam
membuat keputusan.
c. Sebagai orang tua, memperoleh wawasan tentang perkembangan
anak, akan lebih berguna dan menjadi dorongan positif sehingga mengurangi
pemberian hukuman pada anak-anak mereka.
d.Para orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tugas guru dan
kurikulum sekolah.
e. Saat para orang tua sadar tentang apa yang dipelajari anak-anak,
mereka dengan senang hati membantu ketika para guru meminta mereka
terlibat dalam aktivitas pembelajaran di rumah.
f. Persepsi orang tua terhadap sekolah menjadi lebih baik dan
memperkuat ikatan serta komitmen dengan sekolah.
g. Para orang tua akan lebih sadar dan menjadi lebih peduli terhadap
kebijakan-kebijakan pendikdikan anak-anak mereka ketika para orang tua diminta
sekolah untuk terlibat sebagai tim pengambil keputusan.
Manfaat bagi Pendidik
a. Ketika suatu sekolah memiliki tingkat presentasi yang tinggi dalam
melibatkan orang tua baik di dalam maupun di luar sekolah, para guru dan kepala
sekolah akan mudah mendapat pengalaman memperoleh kewenangan yang lebih tinggi.
b. Para guru dan kepala sekolah selalu mendapatkan penghargaan yang
lebih baik untuk profesi mereka dari para orang tua.
c. Keterlibatan orang tua yang konsisten membuat peningkatan
komunikasi dan hubungan antara para orang tua, guru, dan tenaga kependidikan.
d. Guru dan kepala sekolah memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai
budaya keluarga dan keberagamannya, dan mereka membuat penghargaan yang dalam
untuk kemampuan dan waktu para orang tua.
e. Guru dan kepala sekolah dapat melaporkan peningkatan hasil kinerja
mereka.
Manfaat bagi
sekolah
a. Sekolah yang aktif melibatkan para orang tua dan masyarakat
mudah mewujudkan reputasi yang baik di masyarakat
b. Sekolah juga lebih berpengalaman dalam dukungan masyarakat
c. Program-program sekolah yang mendorong dan mendukung para
orang tua selalu bertindak lebih baik dan memiliki program dengan kualitas
tinggi daripada yang tidak melibatkan para orang tua.
Anderson dan Berla (1994)
telah mengkaji dan menganalisis delapan puluh lima kajian yang telah
mendokumentasikan manfaat menyeluruh dari keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak. Sebuah keterlibatan orang tua yang direncanakan secara efektif
dan diterapkan dengan baik akan memberi manfaat yang sangat banyak bagi orang
tua, pendidik, dan sekolah
8.
Kelemahan
semua bentuk dorongan sekolah
untuk melibatkan para orang tua dalam pendidikan harus memperhatikan latar
belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan
tiap keluarga. Karena semua keluarga memiliki kebutuhan dan kepentingan yang
berbeda untuk anak-anak mereka.
Para orang tua mengharapkan peningkatan
taraf hidup, latar belakang pendidikan, silsilah keluarga, maupun pengalaman
dengan sekolah pada masa lalu, serta ingin secara aktif terlibat dalam
pendidikan anak-anak mereka. Para orang tua lebih senang jika sekolah
menunjukkan pada mereka bagaimana terlibat di dalam sekolah.Selain
itu,banyak nya para orang tua yang sulit d i ajak untuk bekerja sama dalam
mendidik anak anak nya baik di sekolah maupun di rumah.Dengan alasan orang tua
terlalu sibuk untuk kegiatan lain nya atau sibuk dengan pekerjan
mereka.Sehingga para orang tua menyerah kan sepenuh nya pendidikan anak nya
kepada sekolah tersbut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar