Kamis, 02 Juni 2016

Struktur dan usia penduduk yang berusia muda

Struktur dan usia penduduk yang berusia muda

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah : Pendidikan kedudukan dan lingkungan
Dosen Mata kuliah : DR. M. Thoha B . S. Jaya, M.

Disusun Oleh:


Nama                                                               NPM
Melisa agustina                                                1513054010
20140711144227!Logo_UnivLampung.png




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015



Hasil sensus penduduk 2010 mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 237 juta jiwa dengan laju pertimbuhan 1,49% pertahun, laju pertumbuhan ini meningkat di banding laju pertumbuhan 10 tahun sebelumnya yang mencapai 1,4% per tahun. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk Indonesia menandakan bahwa program pengendalian angka kelahiran di Indonesia mulai kedodoran dalam 10 tahun terakhir.
Penyebaran penduduk menurut pulau – pulau besar adalah: pulau Sumatera yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.
Dari sisi umur, titik tengah (median) umur penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 27,2 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia termasuk kategori menengah (intermediate). Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Meningkatnya gaya hidup urban
Dalam konteks Indonesia pergeseran budaya desa – kota ini mungkin sebuah keniscayaan sejarah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang menggerakkan perubahan struktur ekonomi dari desa ke kota. Hasil Sensus Penduduk 2010 yang di lakukan BPS menunjukkan proporsi penduduk yang tinggal di kota semakin tinggi, 49,8 penduduk Indonesia tinggal di kota. Bahkan Mckinsey dalam laporan terakhir memprediksi penduduk desa Indonesia tahun 2030 hanya tinggal 20% saja.
Dalam beberapa tahu  kedepan merupakan tahun penting sebagai transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan informasi. Tanda-tandanya sudah kelihatan sekarang, 3 tahun yang lalu mungkin masih sedikit masyarakat desa yang menggunakan handphone, sekarang sebagian besar mereka sudah menggunakan handphone, bahkan anak mudanya sudah biasa berselancar di dunia maya dan bersosialisasi menggunakan media sosial.
Bila di kota pertumbuhan pengguna internet sudah mulai mengalami titik kejenuhan, sebaliknya di desa pertumbuhan pengguna internet sedang tinggi-tingginya. Salah satu program pemerintah juga mendorong kesana, Telkom dengan kampanye pemasangan 1 juta Wifi akan semakin memudah koneksi internet masyarakat Indonesia di segala lapisan.
Pasar anak muda yang gemuk
Komposisi demografi penduduk Indonesia juga ditandai dengan banyaknya penduduk yang berusia di antara 15 – 34 tahun, 34,47% atau hampir 82 juta penduduk Indonesia berada di rentang usia ini. Dengan jumlah anak muda yang sedemikian besar ini merupakan potensi pasar potensial yang bagi pemasar.
Jumlah anak muda yang sangat penting bagi masa depan Indonesia, paling tidak ada tiga alasan yang mendasarinya. Pertama, anak muda adalah sumber penting tenaga kerja produktif. Kedua, karakter anak muda yang suka mencoba hal baru dan kreatif merupakan sumber inovasi. Ketiga, anak muda merupakan salah pasar yang konsumtif terutama untuk industri hiburan dan makanan, perilaku anak muda yang gemar nongkrong menjadikan cafe dan restourant menjamur tidak hanya di kota besar tapi juga kota-kota kedua Indonesia.
Indikator besarnya pasar anak muda Indonesia juga bisa dilihat dari besarnya penetrasi pengguna internet di Indonesia. Jumlah pengguna internet yang berada di kisaran 55 juta di dominasi anak muda, sebuah survei mencatat hampir 75% pengguna internet Indonesia berusia 15 – 34 tahun.
Social media seperti Facebook dan Twitter juga banyak di sesaki oleh anak muda Indonesia, mereka acap kali menciptakan trending topic yang mampu mempengaruhi pengambil kebijakan pemerintah. Kalau dulu anak muda menyuarakan aspirasi melalui jalanan sekarang mereka meyuarakan aspirasinya melalui sosial media.
Pasar laki-laki tidak kalah dengan pasar wanita
Jumlah penduduk wanita Indonesia lebih banyak dari pria terbantahkan dari hasil sensus penduduk 2010, meski beda tipis untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia penduduk pria lebih banyak dari penduduk wanita, 50,34 % penduduk Indonesia berjenis kelamin pria.
Meski uang belanja keluarga sebagaian besar di pegang para wanita, tapi tidak boleh dilupakan bahwa para kaum pria juga memiliki uang “rahasia” yang mereka pegang. Berbeda dengan kaum wanita yang belanjanya rutin tapi tidak terlalu besar, kaum pria belanjanya jarang-jarang, tapi begitu mengeluarkan uang biasanya langsung dalam jumlah besar.
Produk – produk maskulin seperti produk otomotif, dan gadget tentu mendapat berkah dengan meningkatnya jumlah penduduk pria ini. Data menunjukkan angka penjualan penjualan mobil di 2012 tercatat mencapai 1.116.230 unit. Penjualan di tahun 2012 merupakan rekor tertinggi dalam sejarah industri otomotif  Indonesia.
Perubahan gaya hidup juga merubah kaum pria, kaum pria sekarang menjadi lebih “pesolek” di banding pria jaman dulu, produk-produk yang secara khusus menyasar kaum pria semakin banyak, lihatlah konter kosmetik dan toiletries di pusat perbelanjaan juga sudah banyak di jejali produk kecantikan dan kebersihan khusus kaum pria.
Menyongsong Bonus Demografi
Indonesia akan mengalami “bonus demografi” yaitu meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dibandingkan dengan penduduk usia non produktif pada kurun waktu 2020-2030. Usia produktif merupakan fase kehidupan yang berada pada usia kerja dan usia subur, mulai 15 – 64 tahun.
Rasio ketergantungan penduduk Indonesia adalah 51,31. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 46,59 sementara di daerah perdesaan 56,30.
Artinya dari setiap 100 orang usia produktif harus menanggung 51 orang usia non produktif. Sedangkan pada 2020-2030, Indonesia akan memiliki 70 persen penduduk usia produktif dengan rasio ketergantungan turun menjadi sektar 44 sampai 48.
Bonus demografi ini bisa merupakan keuntungan atau acaman bagi ekonomi Indonesia. Bonus demografi bisa menjadi keuntugan apabila penduduk yang di usia 15 – 64 tahun itu berkualitas dan produktif, sebaliknya bonus demografi menjadi ancaman apabila penduduk yang di usia 15 – 64 tahun itu tidak memiliki pengetahuan dan skill yang memadai sehingga malah menjadi beban penduduk lainnya.
Karena itu kata kunci sebelum Indonesia mengalami bonus demografi tahun 2020 – 2030 adalah menyiapkan kualitas pendidikan di masa sekarang. Kalau kualitas pendidikan kita baik maka dijamin kualitas manusia Indonesia dimasa mendatang akan baik dan bonus demografi akan menjadi kenyataaan.
Pasar anak yang masih menjanjikan.
Meningkatnya laju pertumbuhan Indonesia di tahun 2010 berimplikasi juga meningkatnya jumlah penduduk anak-anak. 28,86% atau setara dengan 68,6 juta penduduk Indonesia yang berusia 0 – 14 tahun.
Bagi perusahaan – perusahaan yang menyasar pasar anak – anak tentu saja ini kabar baik, mereka tidak akan  pernah kehabisan pasar bahkan bertambah melimpah. Produk seperti susu anak, kesehatan anak, pendidikan, merupakan produk-produk yang di untungkan dengan besar-nya pasar anak ini.
Meski pasar anak ini besar tapi tidak mudah untuk memasukinya, karena faktor ibu mereka yang menjadi kunci meraih pasar anak ini. Di pasar anak Ibu adalah pengambil keputusan utama, jadi siapa yang bisa meraih simpati ibu maka akan meraih pangsa pasar besar di pasar anak.
Pergeseran pola konsumsi rumah tangga
Secara garis besar konsumsi rumah tangga di bagi dua yaitu konsumsi makanan dan non makanan, semakin tinggi penghasilan biasanya tingkat konsumsi non makanan lebih tinggi dari makanan.
Berdasarkan data BPS, sebesar 20 persen dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang berpenghasilan tinggi. Masyarakat ini mendominasi konsumsi rumah tangga nasional sebesar 43 persen.
Data BPS juga menunjukan trend adanya pergeseran pola konsumsi tersebut, pada kuartal pertama tahun 2011, masyarakat Indonesia yang mengonsumsi produk makanan hanya mencapai 47,9 persen. Sisanya sebesar 52,1 persen, merupakan konsumsi produk non makanan. Disamping itu ada kecenderungan peningkatan konsumsi makanan olahan dan penurunan konsumsi makanan biji-bijian.
STRUKTUR PENDUDUK
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar. Data tentang jumlah penduduk dapat diketahui dari hasil Sensus Penduduk (SP). Sensus penduduk yang telah dilakukan selama ini adalah SP 1930, SP 1961, SP 1971, SP 1980, SP 1990, dan yang terakhir adalah Sensus Penduduk 2000. Untuk memenuhi kebutuhan data antara dua sensus, Badan Pusat Statistik melaksanakan Survey Penduduk Antar Sensus (Supas) tiap-tiap tahun yang akhiran dengan angka lima, kecuali Supas 1976. Selama ini telah dilaksanakan Supas 1985, Supas 1995 dan yang terakhir adalah Supas 2005.
Informasi tentang jumlah penduduk serta komposisi penduduk menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dll. penting diketahui terutama untuk mengembangkan perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dll. yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia.
Bagian ini akan membahas tentang karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin, serta karakteristik penduduk menurut persebaran tempat tinggal, dan pertumbuhan penduduk.
Umur Penduduk
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur pendudukdapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. Misalnya Ani lahir pada bulan Januari tahun 1998 dan Sensus 2000 dilaksanakan pada bulan Juli. Jadi pada saat Sensus 2000 dilaksanakan Ani berusia 2 tahun 6 bulan, tetapi dalam perhitungan demografi Ani dicatat sebagai berumur 2 tahun saja.
Penduduk Muda dan Penduduk Tua
Pengelompokkan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk.
Suatu bangsa yang mempunyai karakteristik penduduk muda akan mempunyai beban besar dalam investasi sosial untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi anak-anak dibawah 15 tahun ini. Dalam hal ini pemerintah harus membangun sarana dan prasarana pelayanan dasar mulai dari perawatan Ibu hamil dan kelahiran bayi, bidan dan tenaga kesehatan lainnya, sarana untuk tumbuh kembang anak termasuk penyediaan imunisasi, penyediaan pendidikan anak usia dini, sekolah dasar termasuk guru-guru dan sarana sekolah yang lain.
Sebaliknya bangsa dengan ciri penduduk tua akan mengalami beban yang cukup besar dalam pembayaran pensiun, perawatan kesehatan fisik dan kejiwaan lanjut usia (lansia), pengaturan tempat tinggal dan lain lain. Penduduk Indonesia belum dianggap sebagai penduduk tua karena persen penduduk diatas 65 tahun masih kecil, namun karena jumlah penduduk yang besar, maka jumlah orang tua juga cukup besar untuk memperoleh perhatian dari pemerintah pusat maupun lokal.
Karakteristik Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Karakteristik penduduk menurut umur dapat ditabulasi silang dengan jenis kelamin atau dapat juga ditabulasi silang dengan karakteristik sosial misalnya penduduk menurut umur dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk menurut umur dengan tempat tinggal, penduduk menurut umur dengan status pekerjaan dll.
Indikator Karakteristik Penduduk
Indikator penting tentang umur dan jenis kelamin maupun jumlah penduduk adalah:
1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
2. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
3. Tingkat pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk, mutu tenaga kerja berdampak pada pengangguran dan
Kemiskinan
kelajuan penduduk juga memiliki dampak positif dan negatif, dampak positifnya seperti pada tahun 2010 yang perkiraan sekitar 106,8 adalah penduduk yang berada pada usia produktif, ini bisa menjadi modal pembangunan, karena dapat menjamin terciptanya permintaan agregatif. Ini terbukti dari cepatnya laju pertumbuhan ekonomi beberapa negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, misalnya China, India, dan Indonesia. Selain itu dampak negatif yang di timbulkan adalah kelajuan penduduk bisa menghalangi pembangunan dan menjadi penghalang kemajuan sosial ekonomi bagi negara seperti Bangladesh, Pakistan, Burma, dan Afganistan. Bahkan untuk sebagian besar negara-negara Afrika, pertambahan penduduk menjadi sebuah ancaman. Melihat dampak penduduk tidak bisa secara umum. Ketika Indonesia tumbuh ekonominya secara stabil telah melahirkan generasi berpenghasilan menengah. Sementara dampak dari pembangunan masih menyisakan kelompok penduduk inklusif. Penduduk yang tinggal pada daerah yang sulit dijangkau dalam proses pembangunan. Penduduk seperti inilah yang seharusnya di tangani pemerintah untuk menghindari peningkatan angka pengangguran.
Daerah yang mereka tempati memang tidak terkontaminasi daerah luar, namun pemerintah secara data mempunyai kemampuan untuk mengetahui kegiatan penduduk inklusif. Terlepas dari pembahasan kepadatan penduduk yang mempunyai dampak positif dan negatif maka penduduk juga mempengaruhi perekonomian dan pembangunan suatu wilayah. Selain itu peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam dunia kerja. Mereka migrasi ke Batam akan meningkatan angka penduduk kota Batam. Angka penduduk yang ada di kota Batam belakangan semakin meningkat. Hal semacam ini di perlukan penanganan secara intensif dari pemerintah agar tidak meningkat angka pengangguran. Lapangan kerja yang disediakan tidak mampu menampung semua penduduk yang ingin bekerja. Migrasi yang tidak terkendali ini juga akan berdampak kemacetan kecil di kota Batam. Migrasi yang semakin meningkat membuat kota ini terasa padat, program pemerintah yang menangani kependudukan seperti dari Disduk dan Bkkbn harus ikut andil dalam menyelesaikan migrasi yang semakin meningkat setiap tahunnya. Upaya yang bisa di lakukan disduk dan bkkkn seperti memberi sosialisai penanganan kependudukan dan ketenagakerjaan yang harus seimbang agar tidak terjadi pengangguran. Penanganan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dengan lapangan kerja yang disediakan terbatas adalah tugas pemerintah agar bisa mengimbangi hal ini. Jika terus dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi pembangunan dan perkembangan kota Batam yang bisa dibilang motornya Kepri ( Kepulauan Riau) dan angka pengannguran semakin meningkat. Angka pengangguran terbuka semenjak tahun 2009 sampai tahun 2012 telah menurun dari 7,9 % menjadi 6,3%. Diperkiraan akan terjadi penurunan hingga tahun 2015. Suatu pertanda adanya dampak positif dari stabilitas ekonomi makro, termasuk dengan turunnya suku bunga dari 6,5 % tahun 2009 51 menjadi 5,75% tahun 2012. Sehingga jumlah penganggur dapat dikendalaikan setidaknya pada tahun 2011 (Agustus) tersisa sebanyak 7,7 juta orang. Sebaliknya, sejak tahun 2009 jumlah penduduk yang bekerja paruh waktu (part time worker) meningkat dari 16,2 juta orang angkatan kerja menjadi 21,1 juta orang (Agustus 2011). Saat bersamaan mereka yang masuk ke dalam setengah pengangguran juga masih tinggi pada kisaran 15,4 juta orang.
Penurunan pengangguran telah menambah jumlah angkatan kerja tidak penuh underutilized dari 31,6 juta orang tahun 2009 (Agustus) menjadi 34,6 tahun 2011 (Agustus). Artinya jumlah angkatan kerja yang terserap pada lapangan kerja tidak penuh bertambah setiap tahunnya sebesar 1,5 juta orang. Secara implisit, kondisi pasar kerja persoalannya berubah dari persoalan pengangguran terbuka menjadi persoalan setengah pengangguran. Sejalan dengan persoalan pengangguran, penurunan angka kemiskinan juga terlihat. Dengan mempedomani penetapan garis kemiskinan regional, ditemukan jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 (Maret) sebanyak 31,02 juta turun menjadi 30,02 juta tahun 2011 (maret). Angka kemiskinan dari 13,33 persen menjadi 12,49 persen.
Laju penurunan kemiskinan di daerah kota relatif sulit pada rentang waktu yang sama (0,05 juta) dibandingkan dengan daerah desa (0,86 juta). Sekalipun angka kemiskinan turun, jumlah mereka yang berada pada daerah dekat dengan garis kemiskinan masih relatif tinggi (BPS, 2012). Karakteristik ketenagakerjaan ditelusuri menjadi jelas. Kemiskinan pada daerah pertanian relatif tinggi dari total kemiskinan, yakni sebesar 71,26% adalah rumah tangga pertanian (BPS, 2012). Oleh karenanya sangat diperlukan untuk mengetahui rumah tangga mana yang mengalami persoalan produktivitas rendah, apa akar masalah dan bagaimana strategi perluasan lapangan kerjanya. Laju pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6-6,5 per tahun akan tetap menempatkan persoalan tenagakerja menjadi masalah penting pembangunan. Karena pertumbuhan ekonomi setinggi demikian, relatif hanya menguntungkan berbagai kelompok tertentu, setidaknya tenaga kerja upahan. Sementara jumlah tenaga kerja yang di luar sektor upahan jumlahnya masih pada kisaran 65% dari total angkatan kerja.
Dengan demikian upaya mengisolasi persoalan tenaga kerja pada mereka yang menganggur serta mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal yang tidak formal, peningkatan akses dan produktivitas adalah salah satu jawaban yang mesti segera dicarikan. Indonesia mesti melakukan terobosan khusus, bagaimana mengatasi peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan apa program utama yang dapat diajukan agar semakin tertanganinya aspek ketenagakerjaan serta kesejahteranannya.

Sumber:
http://kepri.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=144


Tidak ada komentar:

Posting Komentar